Sabtu 23 Agustus 2020 KABAR BUMI dan IFN mengadakan acara webinar 2 dengan menghadirkan dua orang narasumber. Kustini Koordinator KABAR BUMI dan Sammi bendahara pendidikan IFN Singapura, hadir pula sebagai penanggap Zubaidah merupakan Direktur Beranda Perempuan, juru bicara SOS ( Save 0ur Sister) dan Dr. Tjipto Susana dosen psikolog di Universitas Sanata Darma. Pembawa acara Devy dari IFN dengan moderator Yani dari KABAR BUMI acara ini berlangsung dari pukul 20.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB. Acara dihadiri oleh 32 peserta zoom dan 2100 peserta di Fans Page JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia) Acara dibuka dengan sambutan oleh Erni selaku Presiden IFN Singapura, kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi inti. Masing-msing narasumber mengungkapkan permasalahannya terkait dengan adanya sistim pendidikan online.

Kustini mantan buruh migran Taiwan mengungkapkan, sistim ini sangat berpengaruh terhadap psikolog anak. Mereka sudah mulai bosan, dan perkembangannya sedikit berkurang karena kurangnya bersosialisasi dengan teman-temannya dan guru di sekolah. Kustini sebagai single parent dia merasa kesulitan dalam membagi waktu karena dia harus berjualan dan mengawasi anaknya mengerjakan tugas juga mengantar serta mengambil buku-buku kesekolah, menurut Kustini pendidikan online ini lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya.Sementara Sammi, narasumber dari IFN adalah buruh migran yang saat ini bekerja di Singapura. Sammi seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang masih duduk SMK dan SMP dengan adanya pademi ini sangat berpengaruh, ia merasa prihatin karena tidak bisa mendampingi dan mengajari mereka. Sami hanya berusaha untuk mengerti kondisi anak-anak dengan cara lebih menahan emosi dan memberikan perhatian lebih, menurut dia kekurangannya banyak sekali, karena kalau sekolah offline ada guru yang menjelaskan secara langsung dan lebih mengerti. Kendala adalah masalah jaringan internet, dia berharap semoga sekolah segera normal kembali.Permasalahan diatas bukan saja menjadi masalah mereka berdua akan tetapi menjadi masalah perempuan ibu rumah tangga secara umum. Penanggap Zubaidah Direktur Beranda Perempuan menyampaikan, kaum ibu rumah tangga jungkir balik menghadapi situasi ini termasuk pendidikan online. Buruknya akses layanan pendidikan online berhadapan dengan perubahan dinamika rumah tangga. Perempuan mengalami perubahan beban kerja rumah tangga dan pengasuhan selama pandemic.

Ada beberapa masukan yang disampaikan oleh Zubaidah dalam menghadapi kesulitan dengan sistim pendidikan online salahsatunya adalah peran organisasi. Organisasi bisa membuka posko pengaduan, memfasilitasi pendidikan literasi dan berjejaring serta menyusun aksi kolektif terkait akses internet gratis yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan.Penanggap Dr.Tjipto Susana Dosen Psikolog dari Universitas Sanata Darma menambahkan, dampak pandemic adalah kecemasan, kehilangan kendali, merasa tidak berdaya, depresi dan rasa kehilangan, (kehilangan kontak, kehilangan orang yang disayangi, kehilangan pekerjaaan , kehilangan kesempatan pendidikan dan kehilangan dukungan). Sumber masalah sebagai resiko pandemic adalah masalah ekonomi, anak, relasi, dan masalah keluarga besar.
Kendali keluarga merupakan hal penting untuk dilakukan dalam meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi setiap individu untuk membangun rasa kendali diri, rasa kebersamaan dan solidaritas terhadap orang lain atau lingkungan sosial. Semua anggota keluarga perlu memiliki rasa tidak kehilangan.Acara ditutup dengan tanya jawab yang disampaikan oleh peserta zoom melalui room chat dan live di Fans Page JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia), dan kemudian diberikan jawaban oleh penanggap. Selain tanya jawab juga ada usulan untuk segera melakukan langkah-langkah kongkrit dari usulan membuka posko untuk pendampingan sekolah online, perekrutan tenaga pendamping sekolah online edan meminta kerja sama dengan mahasiswa-mahasiswa jurusan PGSD Sanata Darma. Kemudian ditutup oleh kesimpulan diskusi oleh Iweng Karsiwen selaku ketua KABAR BUMI, doa penutup dari IFN Singapura dan photo bersama.###